Jumat, 12 Oktober 2012

Resensi Novel Menggapai Impian, Merengkuh Cinta



Novel "Menggapai Impian, Merengkuh Cinta" adalah salah satu novel yang saya dapat karena saya memenangkan lomba resensi novel "Antusiasme". Saya sangat senang sekali karena selain mendapatkan novel, saya juga mendapat surat yang ditulis langsung oleh penulisnya (tulisan tangan), yaitu Heni Kurniawati. Tapi sebenarnya ada yang miss karena tanda tangannya tidak tertulis di bukunya langsung. Ibaratnya sudah dikasih emas tapi malah minta berlian.hehehe...kurang bersyukur.

Novel ini bercerita tentang seorang cewek bernama Naila yang berasal dari keluarga kurang harmonis, ayah dan ibunya sudah bercerai. Dia adalah anak pertama dari lima bersaudara. Meskipun dia berasal dari daerah, tepatnya Pare, Kediri namun dia mempunyai tekad yang kuat untuk memperbaiki kehidupan keluarganya. Dia pun nekat kuliah ke Surabaya dan berusaha membiayai kuliahnya dengan uang hasil kerjanya sendiri. Awalnya dia bekerja di sebuah restoran Jepang, lalu dia melamar menjadi pegawai kantoran yang berkecimpung dalam dunia jasa penerjemah, Inggris - Indonesia dan Indonesia - Inggris. Di kantor itulah Naila bertemu dengan Erick. Lalu mereka saling jatuh cinta. Erick adalah bos sekaligus pacar yang sangat dicintai oleh Naila. Namun ternyata indahnya cinta tak selamanya berpihak kepada mereka. Erick harus kembali ke Palu setelah mamanya meninggal. Naila dibuat kecewa oleh Erick karena Erick tak pernah menjelaskan alasannya untuk tidak kembali ke Surabaya dan memutuskan hubungan mereka. Untunglah Naila masih mempunyai sahabat-sahabat yang selalu menghiasi hidupnya. Akhirnya Naila keluar dari kantor itu dan membuka usaha sendiri. Usahanya tak jauh dari keahliannya, yaitu jasa penerjemah. Seiring berjalannya waktu, Naila sadar bahwa dirinya adalah muslimah, sudah seharusnya dia menutup auratnya. Keputusan Naila untuk berjilbab mampu menggetarkan hati Izzul. Izzul pun segera melamar Naila. Tak ada hujan tak ada angin, tiba-tiba Erick muncul lagi di hadapan Naila. Naila yang dalam proses menuju pernikahan pun menjadi kaget. Otaknya masih berteriak meminta penjelasan mengapa Erick meninggalkannya pada waktu itu. Erick pun menjelaskan alasan mengapa dia tak kembali ke Surabaya dan memilih menetap di Palu, karena itulah keinginan mamanya sebelum mamanya meninggal. Erick meminta maaf kepada Naila dan dia meminta Naila untuk kembali kepadanya. Namun, Naila menolaknya, Naila sudah menerima lamaran Izzul yang berarti Naila sudah memutuskan untuk menjalankan hidup bersama Izzul. Akhirnya Naila dan Izzul menikah dengan dihadiri oleh Erick. Tak lama kemudian Erick kembali ke Palu. Kembalinya Erick ke Palu seorang diri adalah suatu kebahagiaan untuk Deeya, sekretaris sekaligus seorang gadis yang mencintai Erick.

Secara keseluruhan alur cerita dalam novel ini sangat bagus. Cerita cinta yang bercabang ini tertulis sangat rapi dan mudah dipahami. Dengan gaya bahasa campuran antara bahasa indonesia dan bahasa khas Jawa Timur atau ala Surabaya membuat saya semakin nyaman untuk membacanya karena kebetulan saya berasal dari Surabaya sehingga hafal dengan logat bicaranya. Selain itu, novel ini syarat dengan pesan-pesan moral. Dalam novel ini mengajarkan kepada kita bahwa semua orang berhak untuk menggapai impiannya. Impian tak mengenal harta atau silsilah keluarga. Impian lebih mengenal usaha dari yang ingin mencapainya. Siapa yang mau berusaha maka dialah yang berhak menggapainya. Ibarat padi, siapa yang mau menanamnya maka dialah yang akan memanennya. Tapi jangan lupa untuk berdoa juga. Penulis juga mengajarkan bahwa penting untuk belajar ilmu ikhlas karena kita tak berhak memutuskan segala sesuatu semau kehendak kita. Kita hanya berhak menjaganya, begitu pula dengan cinta, kita hanya berhak menjaganya ketika cinta itu menjadi hak kita tapi kita harus ikhlas melepaskannya ketika cinta itu tak berpihak lagi kepada kita. Allah lebih mengetahui jauh daripada yang kita ketahui. Dan sebaik-baiknya cinta adalah cinta yang sudah halal.

Di lain sisi, penampilan novel ini sedikit membosankan. Penyetakan novel seperti buku sepertinya kurang tepat karena novel terlihat bukan seperti novel biasanya tapi malah seperti buku sekolah. Sebaiknya novel dibuat dalam bentuk yang lebih kecil dan tulisan dibuat lebih jarang sehingga pembaca lebih nyaman untuk membacanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar