Senin, 01 Oktober 2012

Cintaku Hilang


Suasana sangat hening. Tak ada suara yang terucap maupun terdengar. Hanya hembusan angin yang terasa sangat dingin, sedingin badanku yang mulai kaku di tepian pantai.
Tak terasa perpisahanku dan dia sudah dua tahun yang lalu. Perpisahan yang sangat menyayat hatiku, memecahkan kepalaku. Untungnya saja logikaku masih kuasa menahan segala amarahku.
Perjodohan itu masih terasa sangat memukulku, melemparku ke batuan karang yang sangat terjal. Aku tak kuasa memikirkannya namun masalah itu tak kunjung pergi dari otakku. Masalah itu sudah bersarang di pikiranku.
Ingin rasanya mengikhlaskan kejadian dua tahun yang lalu di tepian pantai itu. Ingin rasanya membebaskan perasaanku dari penjara hatiku. Tapi aku belum kunjung menemukan cara yang paling tepat untuk melepaskan semuanya.
Gelapnya hari mengajakku meninggalkan pantai itu. Aku berusaha melangkahkan kakiku yang sudah melemas.
“Kring...”
“Hai dik...masih ingat aku? Aku Cita. Maaf, hapeku hilang. Sekarang aku pakai nomer ini. Oh ya, ini foto bayiku yang baru lahir tadi pagi. Namanya Dika. Sengaja aku kasih nama mirip sama kamu, Diki. Lucu kan? Kapan nie kamu pamer anakmu ke aku? Ayo ayo lekas nikah. Nanti anak kita, kita jodohkan saja.”
Tanpa diminta pandangan kosong itu sirna menjadi berkaca-kaca. Bibir yang tak berucap menyunggingkan senyum indah. Hati yang sepi menjadi berisi penuh semangat.
“Masih ingatlah. Iya, lucu banget. Cantik karena namanya mirip kayak aku, aku kan cakep.hahaha... gak mau ah jodoh-jodohin anak, biar mereka mencari cinta sejatinya sendiri saja. Enak aja, sudah besarinnya bikin repot, mau nikahin aja mau ikut repot-repot juga. Ogah ah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar