Minggu, 21 Juli 2013

21-7-2013


malam ini aku sedikit terlambat tiba di masjid
dan malam ini adalah untuk pertama kalinya aku berangkat tarawih sendiri pada ramadhan tahun ini
ternyata kesendirianku tak bertahan lama
sesampainya di masjid, aku bergegas menggelar sajadah dan mengenakan mukenah karena imam sudah melayangkan takbirnya
tiba-tiba seorang gadis kecil berdiri di sampingku dan mengucapkan takbir
aku pun tak mau ketinggalan sholat terlalu jauh
aku segera membagi sajadahku dan bergegas bertakbir
sholat isya' berjalan sesuai dengan syariatnya
gadis kecil di sampingku pun mampu mengikutinya dengan benar hingga selesai
sepertinya dia sudah mahir dengan gerakan-gerakan sholat

"namamu siapa?" aku memulai percakapan
"halwa" jawabnya singkat
"kamu kesini sama sapa?"
"sama abi"
"umimu mana?"
"di jawa barat"

waktu semakin sempit, aku bergegas melaksanakan sholat sunah
gadis kecil itu pun beranjak dari tempat duduknya, sepertinya dia pergi menengok abinya di sebelah
belum sempat aku ngobrol lagi dengan gadis kecil itu, imam sudah mengajak jamaah sholat tarawih

tarawih I : mengikuti hingga tuntas
tarawih II : duduk diam
tarawih III : tidur-tiduran
tarawih IV : tidur beneran tapi belum terlelap

"ayo sholat"
"pusing"
"u pilek ya?sudah minum obat?"
"belum"
"ya wes, bobok aja. kalau sakit kenapa tadi ikut? di rumah gak ada orang?"
dia hanya menunduk, pertanda mengiyakan pertanyaanku

sholat tarawih pun selesai dan dilanjutkan dengan ceramah
tersirat di wajah gadis kecil itu keinginan untuk tidur tapi apa daya, dia harus menemani ayahnya sholat tarawih

"namamu tadi sapa?"
"halwa"
"lengkapnya?"
"halwa salsabila hasan"
"artinya apa?"
dia hanya menjawab dengan senyuman
"sekarang kelas berapa?"
"kelas dua"
"umimu ke jawa barat sama sapa?"
"sama adek"
"u punya berapa adek?"
"satu"
"punya kakak juga?"
"iya, satu"
"disini sekarang sama sapa aja?"
"sam abi, ... ... ... (gak terlalu menyimak dan mengingat sapa saja yang disebutkan)
"nanti kalau besar pengen jadi apa?"
"guru"
"umi guru juga"
dia hanya diam, sepertinya bingung, tak tau apa yang sedang digeluti orang tuanya

aku membiarkannya berbaring di atas sajadahku
semakin lama semakin terlihat tidurnya yang semakin terlelap
dan semakin terdengar suara nafasnya yang berusaha menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida
namun, sepertinya flu tak terlalu menghiraukan hak bernafas gadis kecil itu

semakin melihat sosok gadis kecil itu, aku jadi teringat kisahku beberapa tahun yang lalu
tepatnya ketika aku kelas 3 SD
selama aku hidup, aku tak pernah jauh dari orang tuaku
dimana ada orang tuaku, disanalah aku hidup dan berada

perpisahan sesaat itu berawal ketika secara tiba-tiba ibu mendapat kabar bahwa mbah uti sedang koma di rumah sakit dan diduga terkena serangan stroke
ibu yang mendengarkan kabar itu serasa tak percaya
setau keluarga, mbah uti tak punya riwayat darah tinggi
kebetulan waktu itu adeknya ibu sedang berada di rumah, mereka pun bergegas pulang ke desa
mbah uti adalah orang tua satu-satunya dari ibu
aku pun tak pernah berani membayangkan bagaimana perasaan dan pikiranku jika aku di posisi ibu ketika itu
ibu dan masku (adek ibu) mengajak adekku pergi menuju rumah sakit tempat mbah uti dirawat
aku tak diijinkan ikut karena waktu itu aku sedang menghadapi ujian sekolah
aku tinggal hanya bersama ayah
untuk pertama kalinya aku ujian tanpa didampingi ibu
aku membuka-buka sendiri buku pelajaran dan latihan soalku
tanpa ada yang membacakan ulang pertanyaan-pertanyaan itu lagi
aku terlihat seperti biasa tapi ternyata hati ini tak biasa
tak terasa badan semakin drop, sakit mulai merasuk
suaru batuk yang sangat menyayat hati ayah terdengar setiap harinya
hampir tiap malam aku diajak ke rumahnya yek (seharusnya lek "bulek")
orang yang merawatku sejak kecil
aku pun dipijat oleh tetangga yek
tiap hari dibelikan pangsit mie ayam (my favorite food)
namun sakitku tak kunjung sembuh
akhirnya, ayah mengajakku berkunjung ke desa
akhirnya pula, aku bertemu lagi dengan ibu dan adek
ketika bertemu, bukan kelegaan yang aku dapatkan
miris, kesedihan, kasihan
karena mbah uti tak kunjung sembuh dan alat di rumah sakit itu kurang lengkap
mbah uti dipindah ke rumah sakit kabupaten yang letaknya semakin jauh dari rumah mbah uti
tiap hari ibu harus bolak-balik rumah dan rumah sakit naik bis kota
tidak hanya itu, adekku yang waktu itu berumur 3 tahun pun turut berpanas-panasan di dalam bis kota
adek dan ibu pun akhirnya sakit pula
sebenarnya aku ingin mengajak ibu dan adek pulang saja
tapi ketika aku melihat mbah uti, keegoisan itu pudar
mbah uti tak kunjung sadar padahal sudah koma selama 2 minggu
karena waktu ayah yang tak banyak, aku dan ayah kembali lagi ke rumah
aku sudah tak mampu lagi menahan air mata
aku meneteskan air mataku tanpa suara
aku terus menatap ke sebelah kiri kaca mobil
aku takut dan malu kalau ayah tau aku menangis meskipun sebenarnya ayah pun tau
ayah tetap fokus melajukan mobil
tanpa bertanya dan tanpa menegur
membiarkan aku menangis dalam diamku
semenjak aku bertemu dengan ibu dan adek, kesehatanku pun semakin pulih
ujianku juga sudah selesai
tidak banyak yang harus aku lakukan di rumah karena ayah memang tak pernah menyuruhku
ayah selalu menganggapku sebagai gadis kecilnya
tapi aku tak mau dianggap seperti anak kecil terus
aku berinisiatif menggantikan posisi ibuku sementara
biasanya ibu membuatkan ayah secangkir kopi tiap sorenya
aku pun mencoba, aku buatkan ayah kopi
karena tak tau seberapa takarannya, aku pun mencicipinya
ternyata panas sekali, lalu aku menambahkan sedikit air dingin
hmm...cukup, enak, dan tak terlalu panas
mungkin ayah tau kalau aku tak pernah buat kopi sebelumnya
sebelum minum, ayah bertanya, aku pakai air apa aja
aku bilang kalau pakai air panas dan sedikit air dingin
ayah pun bilang, kalau kayak gitu ya bisa kembung perutnya ayah
kalau buat kopi cuma pakai air panas aja, ujar ayah sambil tertawa
sejak saat itu, aku baru tau kalau cara membuat kopi dan teh itu berbeda.hehehe...

assholatul jami'ah
suara imam menyadarkanku dari lamunanku
aku pun bergegas berdiri untuk menunaikan sholat witir
hingga witir selesai, gadis kecil itu masih tertidur
setelah berdoa selesai, para jamaah semakin riuh dan gadis kecil itu bangun dengan sendirinya
aku tak tau kemana perginya gadis kecil itu karena aku pun larut bercakap-cakap dengan temanku

semoga cepat sembuh dek halma
dan semoga umi serta adekmu sehat disana
dan kalian bisa bersama-sama menunaikan ibadah ramadhan di tempat yang sama
aamiiin :)

Sabtu, 22 Juni 2013

#edisi galau

Dulu...ketika mendengar namamu disebut
tak ada getaran maupun penasaran yang terbesit di dalam hatiku
namamu, bahkan dirimu lewat begitu saja di telinga dan mataku
kekaguman teman-temanku akan dirimu pun, tak membuatku turut mengagumimu
begitulah diriku...aku tak mudah jatuh cinta

Namun, setelah hari itu
setelah nama kita disebut secara bersama
aku mulai penasaran akan dirimu
penasaran di balik sosok dirimu

Sejak saat itu pula, aku mulai mencari tahu tentang dirimu
tak sulit menemukan info tentang dirimu
engkau dikenal oleh banyak khalayak

Sebenarnya, aku ingin bertanya langsung padamu
bertanya tentang apa yang sedang kau kerjakan
apa yang engkau suka
apa yang engkau inginkan
namun, untuk membalas komentarmu saja aku sudah salah tingkah
aku tak mampu mengetik banyak kata
aku hanya mampu mengetik singkat menjawab pertanyaanmu
bukan aku tak ingin, tapi aku tak kuasa menahan bahagiaku

Namun, sepertinya engkau salah mengartikan
sekarang, aku jarang melihat namamu hadir di sosial mediaku
dan yang paling membuatku sedih
sepertinya engkau sedang mengagumi orang lain

Terkadang hati ini ingin berontak
ingin mengatakan apa yang mengganjal di hati
namun otak selalu mampu menahannya
"kalau memang orang lain lebih baik buat dia, maka bersyukurlah, relakan"

Mungkin hingga saat ini dia belum tau apa yang aku rasa
dan aku pun belum tau apa yang dia rasa
aku hanya mengharapkan dia di dalam doaku
jika aku mampu membahagiakan dia
dan jika aku sanggup membawanya ke surga-Nya
aku sangat berharap dia akan menjadi satu-satunya pendampingku
dan aku menjadi satu-satunya pendampingnya

Ya Allah...dekatkanlah jodoh kami
jangan biarkan kami berlama-lama dalam kegundahan akan cinta

aamiiin

Jumat, 08 Maret 2013

IKHLAS, Sulitkah???



“Sesuatu yang paling berharga di dunia ini ialah keikhlasan.” (Yusuf bin Husain Ar-Razi)

Lalu apakah itu ikhlas? Bagaimana bentuknya?
Ikhlas merupakan satu kata sederhana yang memiliki banyak penafsiran. Bisa jadi tiap orang memiliki penafsiran yang berbeda tentang pengertian ikhlas. Ada yang berpendapat bahwa ikhlas berarti hanya mengharap balasan dari Allah. Ada pula yang berpendapat hanya memaksudkan ketaatan kepada Allah, dan lain sebagainya. Pada hakikatnya yang dimaksud adalah sama yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah.
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla tidak menerima suatu amal, kecuali jika dikerjakan dengan ikhlas dan ditujukan untuk mengharap wajah-Nya.” (HR. An-Nasa’i)

Lalu mudahkah ikhlas itu?
Abdullah bin Mutharrif berkata, “Mengupayakan keikhlasan dalam amal sampai benar-benar ikhlas lebih sulit daripada beramal itu sendiri.”
Walaupun ikhlas terlihat sepele, namun ternyata pelaksanaannya cukup sulit, terutama bagi yang sudah mengukir otaknya dengan tulisan “ikhlas itu sulit”. Sebab, keikhlasan akan menghalangi dirinya dari keinginan-keinginan dan syahwatnya. Untuk mewujudkan dan mempertahankannya dibutuhkan usaha yang besar.
Ats-Tsauri berkata, “Saya tidak pernah menangani sesuatu yang lebih sulit daripada niat saya. Niat saya sering terbolak-balik.”

Bagaimana mengupayakan keikhlasan?
1. Mengagungkan Allah sebagaimana mestinya
Segala nikmat adalah dari-Nya dan segala kebaikan adalah dari kemurahan-Nya. Jika seorang hamba bisa berbuat sesuatu, itu adalah berkat bantuan Allah. Apapun yang Dia kehendaki pasti terjadi, sementara yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi.

2. Mempelajari hakikat keikhlasan
Yahya bin Abu Katsir menuturkan, “Pelajarilah niat, sesungguhnya niat itu lebih sulit daripada amal!”
Al-Maqdisi menulis, “Duhai, bagaimana akan baik niat seseorang yang tidak mengerti hakikat niat? Atau bagaimana akan ikhlas seseorang yang membenarkan niat, jika ia tidak mengerti hakikat ikhlas? Atau, bagaimana seseorang yang ikhlas menuntut dirinya untuk tulus, jika ia tidak memahami dengan baik makna ketulusan? Kewajiban pertama seorang hamba yang ingin menaati Allah adalah mengetahui terlebih dahulu apa itu niat agar ia berma’rifah kepada-Nya. Lalu, barulah ia membenarkannya dengan amal, setelah ia memahami hakikat ketulusan dan keikhlasan yang merupakan jalan menuju keselamatan bagi seorang hamba.”

3. Mengingat-ingat pahala ikhlas dan akibat tidak ikhlas
“Sesungguhnya kamu pasti akan merasakan adzab yang pedih. Dan kamu tidak diberi pembalasan melainkan terhadap kejahatan yang telah kamu kerjakan, tetapi hamba-hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa). Mereka itu memperoleh rezeki yang tertentu, yaitu buah-buahan. Dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, di dalam surga-surga yang penuh nikmat, di atas takhta-takhta kebesaran berhadap-hadapan.” (QS. Ash-Shaaffaat : 38-44)

4. Muraqabah dan mujahadah
Caranya dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri sebelum beramal. Apakah yang diinginkan? Jika niatnya benar, maka mulai beramal. Jika niatnya tidak benar, maka mesti diluruskan dulu sebelum memasuki gerbang amal.
Umar berpesan, “Waspadalah terhadap hasrat yang ada sebelum terjadi kesalahan. Sesungguhnya, hal itu adalah awal dari kesalahan. Selain itu, janganlah kamu lupa kepada Allah sehubungan dengan isi hati kalian.”

5. Isti’anah atau memohon pertolongan kepada Allah
Caranya dengan menampakkan kebutuhan kepada Allah, memperbanyak doa, dan tawassul kepada-Nya supaya diberi taufik untuk ikhlas karena Allah adalah Zat yang mampu membolak-balikkkan hati dan memalingkannya. Memohon pertolongan kepada-Nya adalah jalan terbaik untuk menggapai keikhlasan dan menepis kebalikannya karena tidak ada daya dan kekuatan untuk beribadah, kecuali dengan pertolongan Allah.
“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.: (QS. Al-Fatihah : 5)

6. Memperbanyak amal ibadah
Setan ingin agar seorang hamba meninggalkan amal ibadah sama sekali atau mengerjakannya tidak sebagaimana mestinya.
Al-Hasan Al-Bashri berujar, “Jika setan melihatmu dan mendapatimu konsisten di dalam menaati Allah, ia akan bosan kepadamu dan berpaling darimu. Namun, jika kamu kadang-kadang taat dan kadang-kadang melanggar, maka setan akan bersungguh-sungguh untuk memperdayaimu.”

7. Meninggalkan ujub dan meremehkan orang lain
Salah satu pintu masuk setan yang paling lapang kepada seorang hamba ialah mendorongnya untuk melihat amalnya, berbangga atasnya, dan berusaha supaya dilihat orang lain disaat melakukannya. Padahal, berbangga atas amal atau ujub merupakan bentuk syirik, menyekutukan Allah dengan diri sendiri.
“Mereka merasa telah memberi nikmat kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah memberi nikmat kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar". (QS. Al-Hujurat : 17)

8. Berkawan dengan orang-orang yang baik
Rasulullah bersabda, “Seseorang itu seakhlak dengan kawan dekatnya maka hendaklah setiap orang melihat siapa yang menjadi kawan dekatnya. Perumpamanaan teman yang baik dan teman yang buruk laksana pembawa minyak wangi dan peniup besi (pandai besi). Pembawa minyak wangi, mungkin kamu membeli minyak wangi darinya atau kamu akan mendapati aroma wanginya. Sedangkan peniup besi mungkin akan membakar pakaianmu atau kamu akan mendapati aroma yang gosong.

9. Meneladani orang-orang yang ikhlas
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab : 21)

10. Menjadikan ikhlas sebagai tujuan
Banyak orang yang ingin ikhlas tapi sedikit sekali yang bisa ikhlas. Jika ingin menjadi orang yang ikhlas jadikanlah ikhlas sebagai tujuan yang senantiasa dikejar.

Sumber : Al-Ba’dani, Faishal bin Ali. 2007. Ikhlas, sulitkah? Solo : Aqwam.