Jumat, 05 Oktober 2012

Cinta Satu Arah


“Kak. Kamu lagi ngapain? Boleh minta tolong anter ke perpus gak? Ban motorku bocor nih.”
“Sekarang kamu lagi diman?”
“Masih di rumah.”
“Ok. Tunggu sebentar ya.”
“Ma’acih kakak.”
Permintaan-permintaan manja Dina selalu menghiasi hidupku. Aku selalu berusaha memenuhi semua permintaannya walaupun aku harus bersusah payah untuk mengabulkannya. Contohnya saja siang ini. Siang yang terik ini Dina memintaku mengantarkannya ke perpustakaan kampus dan dia masih berada di rumah sedangkan aku sekarang sudah ada di kampus. Jarak tempuh kampus dan rumah kita paling cepat bisa ditempuh 30 menit.
Aku tak pernah bisa menolak permintaannya. Aku dan dia sudah bersahabat sejak kecil. Terdapat beberapa persamaan yang kita rasakan. Kita sama-sama memiliki orang tua yang super sibuk dan kita sama-sama anak tunggal jadi wajarlah kalau kita sama-sama kesepian. Karena kebersamaan kita yang mulai dari kecil, kita pun tak segan saling memanggil kakak adik. Ada yang beranggapan bahwa kita mempunyai hubungan darah tapi ada pula yang beranggapan bahwa kita sedang menjalin kasih. Awalnya aku berpikir bahwa anggapan itu sangat konyol. Tak mungkinlah aku suka dengan cewek yang sudah aku anggap adekku sendiri. Namun, semakin bertambahnya usia kita, aku merasakan ada getaran-getaran cinta yang mulai merasuki perasaanku. Bukan lagi perasaan sayang dari kakak untuk adek tapi perasaan sayang dari cowok untuk cewek.
“Dek, kalau kamu punya sahabat terus sahabatmu suka sama kamu. Responmu gimana?”
“Aku punya satu komitmen, kalau sahabat selamanya akan jadi sahabat. Aku gak mau hubungan persahabatan yang sudah aku buat ma sahabatku menjadi renggang cuma karena cinta. Cari sahabat kan lebih susah daripada cari cowok kak. Kak. Aku mau cerita sesuatu.”
“Kayaknya cerita bagus nih kok kamu kayaknya antusias banget mau cerita. Ada apa adekku sayang?”
“Aku jadian sama Riko. Asiiiiiiiiik. Kakak masih ingat Riko kan? Cowok yang aku ceritakan dulu itu lho kak, cowok yang.......................................”
Dina masih saja menceritakan kegembiraannya. Aku hanya bisa menganggukkan wajah dan terkadang menyunggingkan sedikit senyuman atau sekedar tertawa palsu. Tak ada yang salah dengan cinta. Tak ada yang salah dengan perasaan. Biarkanlah keadaan tetap seperti ini walaupun cinta tak sedang berpihak padaku. Kita tak akan pernah tau apa yang terjadi esok karena tomorrow is mistery.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar