“Kak.
Kamu lagi ngapain? Boleh minta tolong anter ke perpus gak? Ban motorku bocor
nih.”
“Sekarang
kamu lagi diman?”
“Masih
di rumah.”
“Ok.
Tunggu sebentar ya.”
“Ma’acih
kakak.”
Permintaan-permintaan
manja Dina selalu menghiasi hidupku. Aku selalu berusaha memenuhi semua
permintaannya walaupun aku harus bersusah payah untuk mengabulkannya. Contohnya
saja siang ini. Siang yang terik ini Dina memintaku mengantarkannya ke
perpustakaan kampus dan dia masih berada di rumah sedangkan aku sekarang sudah
ada di kampus. Jarak tempuh kampus dan rumah kita paling cepat bisa ditempuh 30
menit.
Aku
tak pernah bisa menolak permintaannya. Aku dan dia sudah bersahabat sejak
kecil. Terdapat beberapa persamaan yang kita rasakan. Kita sama-sama memiliki
orang tua yang super sibuk dan kita sama-sama anak tunggal jadi wajarlah kalau
kita sama-sama kesepian. Karena kebersamaan kita yang mulai dari kecil, kita
pun tak segan saling memanggil kakak adik. Ada yang beranggapan bahwa kita
mempunyai hubungan darah tapi ada pula yang beranggapan bahwa kita sedang
menjalin kasih. Awalnya aku berpikir bahwa anggapan itu sangat konyol. Tak
mungkinlah aku suka dengan cewek yang sudah aku anggap adekku sendiri. Namun,
semakin bertambahnya usia kita, aku merasakan ada getaran-getaran cinta yang
mulai merasuki perasaanku. Bukan lagi perasaan sayang dari kakak untuk adek
tapi perasaan sayang dari cowok untuk cewek.
“Dek,
kalau kamu punya sahabat terus sahabatmu suka sama kamu. Responmu gimana?”
“Aku
punya satu komitmen, kalau sahabat selamanya akan jadi sahabat. Aku gak mau
hubungan persahabatan yang sudah aku buat ma sahabatku menjadi renggang cuma
karena cinta. Cari sahabat kan lebih susah daripada cari cowok kak. Kak. Aku
mau cerita sesuatu.”
“Kayaknya
cerita bagus nih kok kamu kayaknya antusias banget mau cerita. Ada apa adekku
sayang?”
“Aku
jadian sama Riko. Asiiiiiiiiik. Kakak masih ingat Riko kan? Cowok yang aku
ceritakan dulu itu lho kak, cowok yang.......................................”
Dina
masih saja menceritakan kegembiraannya. Aku hanya bisa menganggukkan wajah dan
terkadang menyunggingkan sedikit senyuman atau sekedar tertawa palsu. Tak ada
yang salah dengan cinta. Tak ada yang salah dengan perasaan. Biarkanlah keadaan
tetap seperti ini walaupun cinta tak sedang berpihak padaku. Kita tak akan
pernah tau apa yang terjadi esok karena tomorrow is mistery.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar