"Brakkk" aku tak mampu menyeimbangkan diriku. kepalaku pusing. aku mulai melayang, aku mulai terbang tapi aku tak mampu mengepakkan sayapku, aku hanya mampu pasrah jatuh di atas rumput-rumput. aku terdiam cukup lama, aku tak mampu bangun dari tempatku jatuh. dan aku tak ingat apa yang terjadi lagi.
pelan-pelan aku sudah mampu membuka kelopak mataku. tak terasa hari sudah berubah menjadi gelap. ternyata aku tertidur cukup lama, atau lebih tepatnya aku pingsan cukup lama. aku berusaha bangun tapi "ahhh..." sayap kananku terasa sakit sekali. aku berusaha dengan sekuat tenaga mencari asal sakit itu karena badanku masih terasa lemas. aku tak tahan menahan air mataku tapi aku juga tak bisa menyalahkan siapapun. yang aku tau, tadi aku melihat bola putih menyerempet tubuhku hingga aku terjatuh dan aku tak ingat apa-apa, lalu saat ini aku melihat sayap kananku patah. kemana aku harus mengadu? aku sudah tak mampu terbang jauh dalam kondisi seperti ini. rasanya ingin sekali segera cerita ke ayah dan bunda. aku ingin segera pulang. isak tangispun tak dapat aku bendung. air mata sudah membasahi tubuhku namun aku pun tak kunjung berhenti menangis. tangisku pun semakin keras karena semua masalah semakin menumpuk. aku harus menahan luka. aku harus segera pulang supaya lukaku bisa segera diobati tapi aku tak mampu terbang pulang ke rumah. bagaimana caranya aku bisa pulang ke rumah, tak ada satu pun kupu-kupu yang lewat di depan mataku. bagaimana caranya aku memberitahu orang tuaku kalau lukaku semakin sakit dan semakin sakit. aku tak mampu memikirkan semuanya dalam satu waktu, kepalaku mulai pusing. aku tak bisa berpikir apa-apa lagi. aku hanya mampu menangis dan menangis, berharap keajaiaban Tuhan datang berpihak padaku.
bersambung...